Kisah Haru di Balik Video Viral Beruang Kutub Kurus dan Sekaratkumparan6 | JalanPintas

Kisah Haru di Balik Video Viral Beruang Kutub Kurus dan Sekaratkumparan6



Beruang kutub kelaparan (Foto: Instagram/@paulnicklen)

Sebuah video yang diunggah oleh fotografer National Geographic, Paul Nicklen, di akun Instagram pribadinya, memperlihatkan seekor beruang kutub dengan tubuh yang sangat kurus dan tak bertenaga sedang mencari makan di wilayah Baffin Island, Kanada. Bahkan saking laparnya, ia mencari makanan di dalam tong sampah di lokasi yang sebelumnya dihuni oleh nelayan tetapi sekarang lokasi itu sudah tak berpenghuni.


Si beruang sempat menemukan sesuatu yang dikiranya adalah makanan. Tetapi, itu sebenarnya adalah sepotong busa yang dibakar dari sebuah kursi mobil dan telah dibuang di tempat sampah. Tiada makanan yang bisa diambil oleh si beruang kutub yang hidupnya bergantung pada laut dan es.


Di akhir video, terlihat beruang kutub tersebut mengeluarkan cairan putih dari mulutnya dan berbaring lemas, menunggu kematian.



My entire @Sea_Legacy team was pushing through their tears and emotions while documenting this dying polar bear. It's a soul-crushing scene that still haunts me, but I know we need to share both the beautiful and the heartbreaking if we are going to break down the walls of apathy. This is what starvation looks like. The muscles atrophy. No energy. It's a slow, painful death. When scientists say polar bears will be extinct in the next 100 years, I think of the global population of 25,000 bears dying in this manner. There is no band aid solution. There was no saving this individual bear. People think that we can put platforms in the ocean or we can feed the odd starving bear. The simple truth is this—if the Earth continues to warm, we will lose bears and entire polar ecosystems. This large male bear was not old, and he certainly died within hours or days of this moment. But there are solutions. We must reduce our carbon footprint, eat the right food, stop cutting down our forests, and begin putting the Earth—our home—first. Please join us at @sea_legacy as we search for and implement solutions for the oceans and the animals that rely on them—including us humans. Thank you your support in keeping my @sea_legacy team in the field. With @CristinaMittermeier #turningthetide with @Sea_Legacy #bethechange #nature #naturelovers This video is exclusively managed by Caters News. To license or use in a commercial player please contact info@catersnews.com or call +44 121 616 1100 / +1 646 380 1615"


A post shared by Paul Nicklen (@paulnicklen) on Dec 5, 2017 at 8:52am PST



Nicklen pada saat itu sedang melakukan perjalanan bersama dengan tim dari Sea Legacy, sebuah lembaga yang menyatukan para sineas film, fotografer, dan seniman untuk meningkatkan kesadaran terhadap keadaan laut kepada dunia.


"Semua anggota tim Sea Legacy menahan tangis ketika merekam kejadian ini," kata Nicklen di akun Instagram. "Kematian seperti ini adalah kematian yang lambat dan menyakitkan. Kalau para ilmuwan mengatakan 100 tahun lagi beruang kutub akan punah, pada saat ini, 25 ribu beruang sedang sekarat."


Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa Nicklen tidak melakukan apapun untuk menolong beruang kutub malang ini. 


Pendiri organisasi Sea Legacy bernama Cristina G Mittermeier, yang juga menyaksikan sekaratnya si beruang kutub itu, juga tidak mengambil langkah untuk menolong beruang kutub tersebut.


Mittermeier mengaku, setelah mereka mengunggah video itu, muncul sejumlah kritik yang mempertanyakan mengapa tim tidak membantu beruang. Komentar itu cenderung negatif dan pada akhirnya, Mittermeier menjawab semua kritik itu lewat sebuah tulisan di National Geographic.


Kenapa Tidak Menolong Beruang Kutub?


Pertama, Mittermeier berkata mereka berada jauh dari desa atau tempat tinggal manusia, dan oleh karena itu, mereka tidak bisa meminta pertolongan kepada siapapun. 


Kedua, Mittermeier dan tim memutuskan untuk tidak mendekati seekor hewan buas yang kelaparan karena tentu saja itu sangat berbahaya, dan mereka tidak membawa senjata atau peluru bius.


"Pada akhirnya, saya melakukan satu-satunya hal yang saya bisa: Saya menggunakan kamera saya untuk memastikan kita dapat berbagi tragedi ini dengan dunia." - Cristina G. Mittermeier, Pendiri Sea Legacy


Dalam tulisannya, Mittermeier dan tim tidak secara pasti mengatakan bahwa beruang itu kelaparan karena dampak dari perubahan iklim, tetapi yang perlu digarisbawahi di sini adalah, beruang kutub sangat mengandalkan lingkungan es dan laut untuk berburu dan bertahan hidup. Sementara di Arktik, lingkungan es di sana sudah kehilangan banyak es dalam beberapa tahun terakhir.



My heart breaks when I see this photo. We cried as we filmed this dying bear. This is the face of climate change. A polar bear struggles to stand in his final days on the planet. We traveled to the Arctic with @sea_legacy in August and saw both healthy bears and starving bears. As climate change accelerates, we will see less of the former and more of the latter. It's a heartbreaking reality of our current lifestyle. Please join us at @sea_legacy where we are #turningthetide for the oceans and climate change. Each and every one of us must act now. No one will fix this for us. @todayshow


A post shared by Cristina Mittermeier (@cristinamittermeier) on Dec 5, 2017 at 8:58am PST



Hal semacam ini membuat banyak beruang kutub menjadi hidup di darat. Mereka kesulitan mengejar mangsanya, seperti anjing laut, walrus, paus, sehingga perlahan mereka kelaparan.


Dalam keadaan normal, beruang kutub mencari makanan kesukaannya, anjing laut, yang biasanya membuat sarang di dalam es. Bila beruang kutub menemukan anjing laut di dalam lubang-lubang es, ia akan membongkar paksa sarangnya dan memakan anjing laut tersebut. Beruang kutub juga mengintai mangsanya dari jauh dan diam-diam mendekat dengan cara berenang atau berjalan.


Nah, kalau kamu juga merasa tersentuh hatinya dan tidak mau ada kejadian seperti ini lagi, kamu bisa berpartisipasi untuk mencegah kematian beruang kutub dan hewan kutub lainnya dengan mengikuti saran dari Nicklen yang ia tulis di Instagramnya.


Kita Bisa Bantu Meminimalkan Pemanasan Global


Pertama, kamu bisa mengurangi jejak karbon dengan mengubah gaya hidup. Mulailah mengkonsumsi dan menggunakan barang-barang lokal, sehingga mengurangi polusi yang ditimbulkan akibat distribusi barang.


Kedua, ubah cara makanmu. Selain memakan makanan dari bahan-bahan lokal, mengurangi konsumsi daging juga dapat membantu mengurangi gas rumah kaca yang disebabkan oleh kotoran hewan.


Ketiga, mencegah penggundulan hutan. Kamu mungkin belum bsia menghentikan penggundulan hutan secara langsung, tapi kamu bisa membantu dengan melakukan hal ini. Berhematlah ketika menggunakan kertas dan tisu, jangan membeli barang-barang yang terbuat dari kayu liar (kayu yang tumbuh di hutan, bukan di perkebunan), apalagi yang terbuat dari kayu langka.


Anak beruang kutub dan induknya di kebun binatang (Foto: REUTERS/Michaela Rehle) 

Terakhir, dengan menjalankan green lifestyle, kamu juga bisa membantu mencegah kepunahan beruang kutub. Apapun yang kamu lakukan, pikirkanlah dampaknya kepada lingkungan. Misalnya, sebelum bepergian, pikirkan terlebih dahulu, seberapa banyak polusi yang kamu timbulkan bila kamu menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kalau kamu menggunakan kendaraan umum. Begitu pun ketika kamu menggunakan alat elektronik, pertimbangkan berapa banyak energi yang bisa kamu hemat bila kamu menggunakan alat elektronik secara efisien.


Kamu tidak perlu pergi ke Kutub Utara untuk menyelamatkan beruang kutub, kan? Cukup ubah gaya hidupmu sehari-hari, kamu sudah memberikan dampak besar kepada dunia.


Artikel Asli





Sumber




0 Response to "Kisah Haru di Balik Video Viral Beruang Kutub Kurus dan Sekaratkumparan6"

Posting Komentar